Sabtu

Biografi Ustadz Yusuf Mansur



Biografi Ustadz Yusuf Mansur: Lahir Dari Keluarga Yang Taat

Ustadz Yusuf Mansur lahir dari sepasang orang tua betawi, Abdurrahman Mimbar dan Humrif’ah. Ustadz yang lahir pada tanggal 19 desember 1976 di Jakarta ini mendapatkan pendidikan agama yang kental sejak kecil. Setelah lulus MTS beliau melanjutkan pendidikan ke MAN di bilangan Jakarta Barat pada tahun 1992. 

Karena tertarik dengan dunia komputer, Ia kuliah jurusan informatika di salah satu perguruan tiggi di Bogor. Karena salah gaul dan lebih suka balapan motor ketimbang kuliah, beliau di drop out dari perguruan tinggi. 

Setelah DO dari perguruan tinggi umum, kembali mencoba kuliah di UIN Jakarta mengambil jurusan Peradilan Islam. Sempat juga DO tapi bangkit lagi dan kembali mendaftar kuliah disana.


“Waktu itu, saya bersita-cita ingin menjadi hakim yang jujur dan amanah. Kalau nggak jadi hakim minimal jadi penghulu. Bisa beramal ngawinin orang banyak," kelakarnya.


Suka Bisnis Sejak Muda

Sejak muda, sang Ustadz udah hobi bisnis. Beliau pernah menjalankan bisnis informatika, walaupun DO di jurusan informatika, beliau sudah terlanjur jatuh hati pada bidang ini. Kecintaannya pada bisnis ini dipengaruhi oleh Luthfi, teman satu kamar beliau saat kos di Bogor.


“Luthfi jago di bidang komputer. Mungkin ini menular pada Yusuf Mansur,” kata Kamarusdiana, sahabat Yusuf saat kuliah.


Saat ini, untuk mewujudkan kecintaan beliau pada ilmu informatika, beliau telah mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika. Beliau menggawangi perguruan tinggi ini bersama dua rekannya.

Masa-masa Kelam

Setelah beberapa lama menjalankan bisnis informatika, beliau terlilit utang yang sampai miliaran rupiah. Karena tak sanggup bayar hutang, akhirnya beliau mendekam di bui selama dua bulan yaitu tahun 1996. Dua tahun kemudian, tahun 1998, beliau kembali masuk bui dikarenakan cara hidup dan pergaulan yang salah. 

“Saat itu saya lupa dan jauh dari Allah. Dampak dari itu luar biasa,” ucap Ustad Yusuf Mansur.

Namun, justru di penjara inilah beliau mendapat hikmah yang sangat besar yang kelak  mengantarkannya pada posisinya saat ini.

Mendapatkan Hidayah Dari Semut

Ketika masuk penjara untuk kedua kalinya, Yusuf Mansur mendapatkan hidayah dari semut. Waktu itu ia mempunyai sepotong roti dari hasil pembagian sipir penjara. Ketika hendak ia santap, ia melihat barisan semut yang sedang mencari makan. 

''Tuhan elu sama dengan Tuhan gue. Begini dah, kalau gue berdoa tidak bakal terkabul karena dosa gue banyak, tapi, kalau elu pada yang berdoa barangkali terkabul. Nih, elu makan roti, tapi doakan gue bisa makan nasi. Perut lapar, nih,'' ia menirukan lagi ucapannya saat itu. 
Setelah itu, tidak berapa lama, tiba-tiba sipir penjara mengantarkan nasi padang untuknya. Beliaupun kaget tak percaya. Beliau yakin, Allah telah membalas sedeka kepada semut dengan sebungkus nasi padang. Beliau lalu menyimpulkan bahwa dengan bersedekah kepada semut saja dia sudah diberi ganjaran kontan sama Allah, apalagi bila bersedekah kepada manusia.

Dari kejadian itu, beliau merasakan panggilan Allah untuk menyampaikan misi, bahwa nasib bisa berubah dengan bersedekah.


Awal Menjadi Dai

Setelah keluar bui tahun 1999, Yusuf Mansur mencari tempat yang tepat untuk menyebarkan misinya. Ia bertemu Ustadz Basyuni, seorang ulama lokal di dekat Terminal Kalideres. Ustadz Basyuni punya rumah makan Padang di dekat terminal itu. Dan juga punya majelis pengajian, yang anggotanya terdiri dari masyarakat umum dan mantan preman.

Yusuf Mansur memberanikan diri mengajar di terminal itu sekali semingu bersama Ustadz Basyuni. Selama dia mengajar, ia berbagi pengalaman dahsyat tentang bersedekah. Efeknya, ada banyak preman yang tobat, mereka punya latar hidup yang gelap seperti pembunuh, pemerkosa, calo tukang peras, dll.

Memang, hidayah Allah itu datang tidak pilih bulu. Dia mampir kepada siapa saja yang menginginkannya. Dari sanalah Yusuf Mansur mulai rutin bersentuhan dengan permasalahan umat melalui dakwah.

Dan gebrakan dakwah pertamanya adalah setelah beliau menerbitkan buku pertamanya yaitu Wisata Hati; Mencari Tuhan yang Hilang. Tanpa beliau duga, buku perdana ini mendapat sambutan yang luar biasa dari pembaca, beliau kebanjiran order bedah buku. Didalam penyampaiannya, ustadz yusuf selalu menyisipkan keajaiban sedekah. Beliau juga menceritakan kisah nyata yang ajaib dari efek sedekah ini.

Dan kerana penyampaiannya yang seperti ustad dan juga karena gayanya yang bertutur (gaya orang betawi ngobrol), beliau dilirik banyak majelis taklim di Jakarta untuk mengisi majelis mereka. Dan dari mulut ke mulut, acara ke acara, even ke even, akhirnya terkenallah Ust Yusuf Mansur sebagai penceramah kondang dan sampai dilirik oleh stasiun TV.

Habis gelap terbitlah terang. Pepatah ini tepat untuk menggambarkan perjalanan sukses dakwah Ust. Yusuf Mansur. Setelah keluar masuk bui, beliau segera bangkit dan mendekatkan diri kepada Allah yang telah mengilhaminya sebuah arti kehidupan.

Demikian sekelumit Biografi Ustadz Yusuf Mansur. Semoga anda terinspirasi.




Selasa

Yang Bikin Pede Itu...

Kita mungkin sering tidak pede menyampaikan ide dakwah. Kita bertanya, "Apakah saya bisa...?", atau pertanyaan, "Apakah sudah layak...?" atau "Apakah saya sudah benar...?" dan pertanyaan keraguan lainnya.

Hmm... pertanyaan seperti ini wajar saja terlontar dari hati kita, seorang dai pemula. Sebab kita akan menyampaikan sesuatu pada yang bukan bagian dari diri kita. Apalagi bila kita berdakwah kepada banyak orang, pasti akan sangat berat sekali.

Untuk keluar dari masalah ini, saya akan berbagi 3 tips berikut untuk anda:

Pertama, Memahami bahwa hal ini biasa bagi pemula. Kita harus tahu bahwa setiap memulai segala sesuatu itu selalu sulit. Pepatah orang Barat mengatakan, Begining is always the hardest. Memulai sesuatu itu selalu paling sulit.

Kedua, Memiliki keyakinan bahwa kita bisa menghadapi tantangan ini. Kita harus yakin bahwa kita bisa keluar dari masalah ini karena Allah telah menciptakan kita dengan sempurna, Inna kholaqnal insana fi ahsani taqwim. Sesungguhnya kami telah ciptakan manusia dalam keadaan yang paling sempurna.

Ketiga, Mau melakukan persiapan diri. Sebenarnya pede tidak pede itu tergantung persiapan kita. Mengapa ada yang berani dan mengapa ada yang malu tampil di depan umum? Jawabannya tergantung dari baik atau tidaknya persiapan seseorang ketika sebelum tampil. Bukan masalah mau atau tidaknya tapi masalah bagus atau tidaknya persiapan. Semakin bagus persiapan semakin pede semakin tidak bagus persiapan semakin kurang pede.

Menjadi dai itu sama seperti seorang penyelam. Seorang penyelam harus menyiapkan peralatan selam dengan baik dan benar sebelum menyelam. Tabung oksigennya harus dia instal dengan baik. Pakaian selam, tutup mata, kaki katak harus dia pastikan berada pada tempatnya. Bila semua itu sudah dia siapkan, barulah dia akan pede menyelam. Dan bila dia tidak menempuh proses diatas, maka dia tidak akan pernah pede menyelam.

Kita harus menyiapkan materi dakwah sebaik mungkin sebelum menyampaikannya ke orang banyak. Kita harus menghapal dalil, membcaca beberapa literatur, mengamati fakta permasalahan umat, berkonsultasi dengan dai senior, dan persiapan lainnya. Dengan melakukan semua itu, mudah-mudahan rasa pede dalam dada kita bisa tumbuh sehingga kita bisa berdakwah dengan enteng, tidak berat.

Dari itu, bila kita benar-benar ingin sukses tampil dimana saja dan dalam keadaan apa saja, maka kita harus memiliki prinsip Al Quran ini: Wa a'iddu mastato'tum minkuwwati... Dan persiapkanlah kekuatan apa saja yang engkau miliki...

Jumat

Just Do It

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Perlihatkan kemampuan kita. Tiap orang berhak menyampaikan. Tunjukkan dulu kemampuan kita. Setelah pertunjukan selesai, barulah ada evaluasi. Dan evaluasi selalu terjadi belakangan, dan jarang diawal waktu. Evaluasi gunanya untuk menambal yang bolong, memperbaiki yang salah.

Dengan menunjukkan kerja akan diketahui apa yang kurang. Itu akan memberikan tambahan-tambahan dan perbaikan. Begitu juga ketika kita sedang dalam berproses menjadi baik dalam dakwah, sampaikan saja dulu, nanti akan kelihatan mana yang lebih dan mana yang kurang untuk kemudian meminta masukan.

Ketika anda meminta masukan, maka akan ada banyak orang yang akan memberikannya. Jangan takut tidak dapat menemukan orang yang mau memberi saran. Ada banyak manusia yang akan suka rela dan bahkan cepat memberikannya untuk anda. Sebab memberi saran dan apalagi kritik adalah hobi manusia. Jadi enjoy saja!

Inti dalam berproses adalah: Just do it! Lakukan saja dulu. Kemudian mintalah saran dari orang sekitar anda untuk perbaikan. Bila anda melakukan ini secara konsisten, maka lambat laun anda akhirnya akan menemukan peningkatan skil dakwah yang memadai.

Untuk memulainya, saya punya tips yang baik untuk memandu kita:
Kerjakanlah yang susah seolah ia mudah, untuk mencegah rasa kecil hati. Dan lakukan yang mudah seolah ia sukar, untuk mencegah adanya kepercayaan yang berlebihan.
Dengan dua tips ini, mudah-mudahan kita bisa menaklukkan perasaan terlalu takut ketika hendak memulai dan perasaan terlalu meremehkan ketika sudah merasa memadai.

-----------------------------------------------------------------------------
Berproses itu asyik

Memang Tugas Kita

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Dakwah itu memang tugas kita, kalau bukan kita, siapa lagi? Kita yang berimanlah yang bertugas memangku dakwah ini. Tentu kita tidak akan menyerahkan tugas ini kepada orang kafir, bukan? Sebab kitalah yang diperintahkan, bukan orang kafir.
"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran." (QS. Ali-Imran:110)

Begitu Allah memerintahkan kita untuk berdakwah.

Jelas sekali, seruan ayat ini ditujukan kepada kita yang memiliki hati yang percaya, bukan ditujukan kepada orang Nasrani, Yahudi, Majusi dan pemeluk agama lainnya.

Tugas kita adalah da’i. Ayat diatas adalah surat tugasnya. Kita telah ditakdirkan menjadi umat terbaik sejak pertama lahir ke dunia. Dan telah dilantik menjadi dai sejak mengikrarkan: Allah Tuhan saya, Al Quran pedoman hidup saya, Rasulullah Saw teladan saya.

Karena perjanjian telah diucapkan, kesepakatan telah diikat, dan tanggung jawab telah bertengger di pundak, bersegeralah kita! Jalankan tugas mulia ini! Allah dan rosul-Nya akan menjadi saksi.
-----------------------------------------------------------------------------
Dakwah adalah jenis tugas yang paling baik dan utama

Kamis

Fastabiqul Khoirot

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Salah satu jalan untuk menggapai kesuksesan dalam dakwah adalah dengan memiliki semangat pemenang. Seorang pemenang baru disebut pemenang ketika dia telah berlomba. Bila tidak pernah berlomba, maka seseorang tidak akan pernah menang. Sebab kemenangan itu hanya akan lahir dari perlombaan.

Dan syukurnya! Islam sangat menganjurkan perlombaan. Dan perlombaan itu hanya boleh dalam rangka kebaikan. Allah SWT berfirman, fastabiqul khoirot
"Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan." (Qs Al-Baqarah ayat 148)
Berlombalah dalam dakwah. Berlombalah dalam menyeru pada kebaikan Islam dan mencegah kemungkaran. Sebab ini adalah pekerjaan paling mulia sedangkan zaman makin edan.

Kalau setan menyerukan kepada kebatilan, kita harus menyerukan kebenaran. Kalau setan bisa menyesatkan banyak orang, kita harus bisa menyelamatkan orang lebih banyak lagi. Bila setan mengajak banyak orang ke dalam kelompoknya, maka kita harus bisa mengajak lebih banyak orang ke dalam kelompok Islam.Begitulah seharusnya sikap seorang yang sedang berlomba. Ia tidak boleh lengah.

Setan itu, yang berasal dari golongan jin dan manusia, selalu bersiap siaga dan telah mengerahkan segenap tenaga untuk menjerat kita. Dari itu kita juga harus bersiap-siaga, mencurahkan segenap tenaga untuk mengalahkan mereka. Karena berlomba itu sendiri adalah usaha menekan sekuat mungkin tenaga diri kita sampai melebihi orang yang disebelah kita.

Berlomba itu, hendaknya kita mulai dari pagi hari. Sebab baginda Nabi Saw menyuruh kita untuk memikirkan masalah umat Islam sejak pagi hari. Dan beliau mencela siapa saja yang tidak melakukannya dengan sebutan laysa minhum bukan bagian dari umat Islam.

“Siapa yang bangun di subuh hari sedangkan ia tidak memikirkan nasib kaum muslim, ia bukan muslim.” (HR. Ahmad)
Dari itu, bila anda benar-benar ingin menjadi seorang dai yang sukses, maka anda harus tanamkan dalam benak bahwa anda akan siap sedia berlomba setiap hari. Bisikkan dalam hati, "Siapa berikutnya yang akan saya layani?" Teruslah begitu setiap hari.
-----------------------------------------------------------------------------
Berlomba itu jalan menjadi pemenang

Ushikum Wa Nafsi Bi Taqwallah

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Terkadang, kita sering merasa berat sekali untuk berdakwah. Malas sekali rasanya kita menggerakkan bibir, malas sekali rasanya melangkahkan kaki. Mengapa bisa demikian? Mungkin karena kita melihat dakwah sebagai sarana untuk memperbaiki orang lain, bukan untuk memperbaiki diri sendiri.

Pada dasarnya memang dakwah adalah sarana memperbaiki atau mengingatkan orang lain. Namun disamping itu, dakwah juga merupakan sarana untuk memperbaiki diri. Seperti yang khatib Jumat sering ucapkan pada pembukaan khutbahnya, “Ushikum wa nafsiy bitaqwallah.” Aku menasehati anda semua dan diriku sendiri untuk bertakwa kepada Allah.

Ini artinya adalah bahwa ketika kita berdakwah sebenarnya kita juga sedang menasehati diri kita sendiri.Hal ini dapat diibaratkan seperti kita berteriak ke arah tebing di lembah. Semakin keras teriakan kita, semakin keras pula pantulan suara itu kembali kepada kita. Ketika kita teriakkan, “Mari kita shalat!”, tebing akan memantulkan suara menggema berulang-ulang, shalat… shalat… shalat…

Ketika kita menyeru orang lain untuk melakukan sesuatu, maka akan muncul seruan yang dibenak kita untuk melakukan hal yang sama. Ketika kita mengatakan, “Wahai kaum muslimin, kobarkan semangat dakwahmu!” maka benak kita akan menerjemahkannya sebagai pesan yang positif. Dan juga, benak akan memerintah organ jantung mendukung pesan tersebut dengan mempercepat peredaran darah keseluruh tubuh. Sehingga tubuh kita merasa segar dan aktif. Oleh sebab itulah, kita sering merasa bersemangat beramal setelah kita memotifasi orang lain untuk beramal. Pernahkah anda merasakannya?

Ya, dakwah itu sungguh bermanfaat untuk membuat kita menjadi orang soleh. Ia adalah sarana untuk memperbaiki diri, bukan melulu untuk memperbaiki orang lain.

Bila dakwah sudah menjadi sarana positif untuk memperbaiki diri, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak terlibat didalamnya. Semakin sering kita menasehati orang lain, semakin sering pula kita menasehati diri kita. Orang lain baik, kita juga baik. Insyaallah.

-----------------------------------------------------------------------------
Berdakwah itu merupakan langkah untuk perbaikan diri sendiri

Rabu

Berteman Dengan Wahyu

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Suasana, situasi, masa, musim selalu mempengaruhi manusia tapi Al Quran dan As Sunnah tidak pernah berubah, ia selalu menginspirasi. Ketika tiba musim haji, orang berbondong-bondong ke Mekah walaupun disana musim panas. Ketika azan berkumandang, orang beramai-ramai mendirikan shalat walaupun sedang musim paceklik. Ketika lebaran tiba, orang bersuka ria, walaupun harga kebutuhan sedang naik. Setiap kata dan kalimat dalam Al Quran dan As Sunnah selalu mengandung vitamin jiwa. Orang selalu merindukannya sebagai cahaya kehidupan.

Mungkin karena inilah dakwah disebut sebagai sebaik-baik perkataan karena isinya adalah ajakan untuk kembali kepada Al Quran dan As Sunnah. Ia adalah cara terbaik untuk menunjuki manusia keluar dari jalan yang sesat dan dari tempat yang gelap. Karena itu, pelajarilah ilmu Al-Quran dan As-Sunnah dengan baik dan benar. Alokasikan waktu untuk selalu berdiam dan berkumpul dengan keduanya sehingga kita bisa menjadi cahaya terang bagi lebih banyak orang.
-----------------------------------------------------------------------------
Al Quran dan As Sunnah adalah sebaik-baik landasan perkataan terbaik

Paham Ide

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Kelemahan yang sering kita lihat pada para da'i muda adalah kurangnya penguasaan terhadap ide Islam. Padahal pengetahuan akan ini adalah keharusan bagi da’i. Seorang da’i harus sangat akrab dan mengenal seluk-beluk pemikiran Islam. Sebab, bagaimana seorang dai dapat meyakinkan mad’u bahwa ide yang dia emban akan bermanfaat bagi mad'u bila dia sendiri tak memahami ide yang dia emban? Rasanya aneh bila ada da’i yang tidak menguasai ide yang diembannya.

Penguasaan terhadap ide Islam yang didukung dengan dalil yang sahih bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar tentang Islam.

Semakin luas dan mendalam penguasaan kita akan ide-ide dakwah, semakin mudah dan simpel penyampaian dakwah kita. Sebaliknya, bila semakin dangkal penguasaan kita akan ide-ide dakwah, semakin ribet dan susah penyampaian ide dakwah. Orang bijak mengatakan, orang yang tak punya tak dapat memberi. Orang yang tak paham, tak dapat diharapkan.

Jangan sampai kita dicuekin dan dijauhi orang gara-gara kita tak paham. Kalau sudah dicuekin dan dijauhi orang, kita akan rugi karena kehilangan banyak kesempatan memberi. Karena itu, pahamilah ide dakwah seutuhnya.

-----------------------------------------------------------------------------
Paham ide adalah salah satu saluran hidayah

Bukan Bakat Tapi Tekad

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Masih merasa tidak layak untuk berdakwah? Merasa kurang cukup ilmu? Kalla… janganlah begitu! Tak ada da’i hebat yang mengawali dakwahnya dengan sempurna. Keadaan mereka juga sama seperti pemula lainnya ketika mulai berdakwah. Bukankah kita sering menyaksikan seorang biasa atau bahkan kurang biasa, seorang preman misalnya, berubah menjadi juru dakwah hebat?

Terkadang membutuhkan waktu lama untuk dapat lancar mengajak orang. Fakta menunjukkan bahwa perbedaan antara mereka yang sukses dengan yang gagal hanya pada kerja kerasnya dalam waktu yang lama. Hanya tekad kuatlah yang dapat membuat orang tahan lama dalam menempa diri.

Namun lama bukan berarti kita tidak bisa mengajak orang sekarang ini. Umar bin Khattab r.a. telah mengajak orang dihari pertama dia masuk Islam. Walaupun belum cukup ilmu tapi beliau cukup paham dan cukup tekad.

Mulailah secara bertahap mengasah kemampuan kita. Asahlah pikiran dengan banyak membaca dan diskusi. Pertajam kepekaan kita dengan banyak bergaul dengan berbagai tipe manusia. Mulailah berlatih dari yang ringan dan dari yang jarang. Kemudian meningkat menjadi yang agak berat dan agak sering. Kemudian beranjak ke yang berat dan lebih sering. Seterusnya beranjak ke yang lebih dan lebih lagi.

Seperti seorang atlet angkat besi, dia tidak akan sukses tanpa melalui berbagai tahapan latihan. Mulai dari mengangkat beban kiloan, puluh kiloan sampai ratus kiloan. Jagalah terus ritme semangat kita. Jadikan hari-demi hari sebagai hari yang menggairahkan untuk berproses dalam dunia dakwah.

-----------------------------------------------------------------------------
Kunci sukses berdakwah ada pada latihan rutin yang sungguh-sungguh

Menyerahkan Diri

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Allah SWT tidak mencari orang pintar atau jenius untuk berdakwah tapi orang yang menyerahkan dirinya. Berserah diri berarti jinak. Seekor macan walaupun buas, tak akan menggigit bila jinak. Jinak berarti tak banyak tingkah. Orang yang menyerahkan diri kepada Allah SWT tak banyak tanya. Ia adalah orang yang siap pakai.

Sami’na wa atho’na adalah semboyan hidupnya. Dengan semboyan ini, ia rela pergi kemanapun, ikhlas mengorbankan apapun, semangat bekerja dimanapun, mau beramal kapanpun, dan siap menjadi apapun yang Allah perintahkan.

-----------------------------------------------------------------------------
Berserah diri itu berarti siap menjadi hamba

Jumat

Keberanian dan Keikhlasan

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Keberanian dan kebenaran itu abadi. Jika kita berani berbuat benar, kita akan abadi. Walaupun jasad kita telah dimakan tanah, keberanian dan kebenaran akan terus menginspirasi manusia hingga ribuan tahun lamanya. Sungguh, dunia akan selalu memuji pribadi yang berani.

Dan pahala memiliki kelebihan. Pujian hanya untuk dikenang manusia sedangkan pahala untuk dibawa menghadap Sang Pencipta.

Bila kita harus memilih satu diantara dua hal: pujian dan ridho Allah, maka pilihlah ridho Allah karena dibaliknya ada pahala yang abadi. Jika demikian, walaupun kita tak dipuji manusia, kita dipuji Allah SWT dan malaikatnya, itu juga sudah cukup. Inilah yang disebut sebagai keikhlasan.

Dalam dakwah rintangan sungguhlah berat, banyak celaan orang yang suka mencela dan permusuhan dari yang durhaka. Kita butuh keberanian dan keikhlasan untuk menghadapi manusia. Ketika kita merasa gentar, ingatlah akan pertolongan Allah SWT, intansurullaha yansurkum… jika kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu.

-----------------------------------------------------------------------------
Keberanian itu mendongkrak tindakan, keikhlasan yang meluruskannya.


Yakinkan Diri

Posted By: Pesantren Yusuf Mansur
-----------------------------------------------------------------------------

Selalu ada ridho Allah dalam setiap amal soleh. Menyingkirkan duri dari jalan saja kita telah mengundang hadir keridoan Allah, apalagi dengan berdakwah.

Jika Allah rido dan menyenangi perbuatan kita, maka sebenarnya tak ada satu orang pun yang dapat menghalangi kita. Betapapun lemahnya kita, bila kita serahkan urusan kita kepada Allah, pasti terjaga. Rasa takut, rasa malas, rasa rendah diri, rasa malu, kita titipkan semua kepada Allah. Serahkan jiwa kita kepada Allah. Dengan demikian kita bisa selalu tampak semangat dan antusias berdakwah.

Dari itu, sebelum meyakinkan mad’u (objek dakwah), ada baiknya meyakinkan diri kita sendiri terlebih dulu, bahwa kita bisa mengajak orang lebih banyak ke jalan hidayah dengan pertolongan Allah.

-----------------------------------------------------------------------------
Keyakinan itu kekuatan